Lentera Biru, (03/11). Menjelang Kongres III yang akan digelar pada 1–2 November 2025 di Jakarta, organisasi relawan Projo kembali menegaskan keberpihakannya kepada Presiden Joko Widodo dengan langkah strategis membenahi citra politik sang mantan pemimpin. Melalui pertemuan di kediaman Jokowi di Solo, Jumat (24/10), Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi menyatakan bahwa gerakan relawan ini berkomitmen menjaga marwah Jokowi di tengah maraknya isu yang berpotensi merusak legitimasi publik, termasuk dengan dukungan simbolik ketika Jokowi menunjukkan ijazahnya di hadapan para relawan. Upaya tersebut menjadi bentuk konsolidasi moral dan politik untuk memastikan warisan kepemimpinan Jokowi tetap terjaga di era pemerintahan Prabowo–Gibran.
Ketua Umum Projo, Budi Arie Setiadi,
menegaskan bahwa Jokowi tetap menjadi figur sentral dalam arah gerakan Projo.
“Bagi kami, Jokowi bukan hanya pembina, tetapi simbol integritas dan kerja
nyata. Kami berkewajiban menjaga nama baik beliau,” ujar Budi Arie saat
diwawancarai menjelang Kongres III Projo di Jakarta (Liputan6, 24 Oktober
2025).
Pernyataan ini memperlihatkan bahwa
langkah Projo bukan semata reaktif terhadap isu, melainkan merupakan upaya
sistematis untuk mengembalikan Jokowi ke posisi simbol kepercayaan publik.
Projo memanfaatkan momen itu untuk
menegaskan kembali peran mereka sebagai Guardian of Legitimacy penjaga
legitimasi moral di tengah meningkatnya polarisasi opini publik pasca-transisi
kekuasaan. Dalam konteks ini, langkah mereka tidak hanya membela sosok Jokowi,
tetapi juga meneguhkan keyakinan publik terhadap nilai-nilai kerja nyata dan
integritas pemerintahan.
Menurut Dr. Kuskridho Ambardi,
pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, fenomena seperti ini
mencerminkan munculnya model baru loyalitas politik berbasis simbol.
“Projo sedang memainkan politik
simbolik yang cerdas. Mereka tahu Jokowi bukan lagi presiden secara formal,
tetapi tetap figur yang punya nilai legitimasi sosial. Maka membela citra
Jokowi berarti membela kepercayaan publik terhadap stabilitas pemerintahan,”
ujarnya dalam wawancara yang dikutip dari Pusat Studi Politik dan Demokrasi
(PSPD), UGM, 2024.
Dengan arah politik yang semakin matang, Projo tampaknya tengah membangun narasi baru: dari relawan elektoral menjadi kekuatan moral politik. Dalam konteks ini, keberpihakan mereka terhadap Jokowi tidak sekadar emosional, melainkan strategis bertujuan menjaga kesinambungan ide tentang kepemimpinan bersih, transparan, dan berbasis kerja nyata. Itulah warisan simbolik yang mereka yakini harus tetap hidup, bahkan ketika era Jokowi telah berakhir secara konstitusional.
Penulis: Dennia Shinenauky Niza



Posting Komentar